Urban Legend Bau Amis Dari Jepang Yang Sangat Menyeramkan Sekali




Setiap saat dan di manapun anda berada. Jangan lupa untuk selalu mengunjugi blog ini untuk mendapatkan informasi menarik dan misteri seru yang lainnya juga !! Selamat membaca....

Bau Amis adalah sebuah cerita menakutkan dari Jepang yg menceritakan tentang dua pemuda belia yg tengah melakukan perjalanan panjang dan berhenti di sebuah pemukiman yg terpencil dekat laut. Di sana, mereka menghadapi sesuatu yg membuat mereka tak dapat berkata-kata.

Beberapa tahun yg lalu, ketika saya masih seorang murid sekolah, saya melakukan sebuah perjalanan dengan sahabatku. Kami baru saja selesai mengikuti ujian dan sedang mencari hiburan dan petualangan. Sahabatku juga membawa anjing peliharaannya untuk menemani dalam perjalanan kami.
Karena tidak memiliki cukup uang, kami tidak bisa menyewa sebuah penginapan. Jadi, kami hanya berhenti di pinggir jalan dan tidur dalam mobil.
Suatu petang, ketika sudah hampir gelap, kami melintas di sebuah pemukiman kecil dekat laut. Lokasinya berada di pinggir pantai, di dasar gunung. Ketika itu bahan bakar kami juga hampir habis, jadi kami mengemudi sedikit lagi, mencari tempat untuk mengisi tanki mobil. Melaju di pinggiran pantai, kami menemukan satu-satunya pengisian bahan bakar di sana, tapi sudah tutup.
Tempat itu hanyalah sebuah rumah kecil dengan pompa bensin di luarnya, jadi saya berjalan masuk dan membunyikan belnya. Ada sebuah keranjang besar tergantung di depan pintunya. Keranjang itu berisi daging, sayur-sayuran, permen dan berbagai perhiasan kecil-kecil. Kelihatannya seperti sebuah persembahan atau semacam sesajen yg biasa ditinggalkan di tempat-tempat keramat.
Saya membunyikan belnya lagi dan melihat seseorang menengok keluar – melalui celah di jendela, tapi tak seorangpun membuka pintunya.
“Hey, saya tahu kau di dalam! Buka pintunya!” sahutku.
Tidak ada jawaban.
“Mobil kami sudah hampir kehabisan bensin dan kami tidak ingin terjebak di sini.” kataku.
Lampu menyala dan saya dengar bunyi kunci bergeser. Pintunya terbuka hanya sedikit dan sesosok pria mengintip keluar dari sana.
“Apa yang kau inginkan?” gumamnya.
“Saya hanya mau sedikit bahan bakar …” jawabku.
“Tidakkah kau lihat kami tutup hari ini?”
“Maafkan saya mengganggumu, tapi kami betul2 tersendat.”
“Tidak tahukah kau tengah berada di mana?” katanya. “Pergi dari sini sekarang!”
“Saya mau tapi kami butuh bahan bakar.” timpalku.
“Ini, ambil ini.” dia menggeram.
Pria itu membuka pintunya lebih lebar dan mengeluarkan sekaleng bensin untuk kuambil. “Sekarang pergi sana dan tinggalkan kami sendiri!” sahutnya, membanting pintu tepat di depanku.
Saya rasa dia sangat kasar, tapi karena dia tidak meminta bayaran atas bensinnya. Saya hanya mengucapkan terimakasih dan pergi.
Berjalan kembali ke mobil, saya melihat di sekeliling dan melihat jalanan sangat sepi. Semuanya sunyi. Rumah-rumah sangat gelap dan tiap rumah memiliki sebuah keranjang besar tergantung di pintu depannya.
“Apakah ada semacam festival atau semacamnya?” tanyaku dengan keras.
“Jika ada, saya tidak tahu festival apa itu.” jawab sahabatku.
Kami berdua sangat lelah mengemudi seharian, jadi kami memutuskan tinggal di pemukiman ini semalaman dan melanjutkan perjalanan kami esok paginya. Kami memarkirkan mobil di pinggir jalan yang menghadap ke arah lautan.
Sahabatku pindah ke kursi belakang dengan anjingnya, sementara saya membungkus tubuhku dengan sebuah selimut di kursi depan dan mencoba untuk tidur sebentar. Tak lama kemudian, anjing itu mulai menggeram dan saya menyadari ada sebuah bau busuk yang menyengat di udara. Anjing itu menggeretakkan giginya dan terus menggeram seraya memperhatikan ke arah laut. Biasanya, anjing itu sangat baik dan tenang, tapi sesuatu sepertinya telah menakutinya.
Saya menyeka mataku untuk melihat di kegelapan. Laut itu terlihat tenang dan mengerikan, memantulkan cahaya hanya dari bulan yang berwarna pucat. Saya bisa melihat sesuatu menggeliat-geliat di ujung dermaga yang ada di situ.
“Apa itu?” desisku.
“Tidak tahu.” bisik sahabatku dengan pelan.
Awalnya, itu seperti sebuah batang kayu yang mengapung di air, tapi semakin kami melihatnya, benda itu terlihat seperti merangkak naik dari laut. Perlahan-lahan benda itu naik ke daratan, berputar dan menggelincir seperti seekor ular, tapi tak bersuara sedikitpun. Benda itu seperti sekepul asap hitam besar, berputar di sekelilingnya dan membentuk dirinya menjadi sesosok manusia raksasa.
Saya bisa mendengar deringan menakutkan dari kedua telingaku. Bau busuk itu sangat menyengat membuatku mual. Sosok gelap itu lalu melintas ke jalan dan menjangkau rumah pertama yang ada di seberang tempat parkir. Bentuknya setinggi rumah itu sendiri dan memiliki lengan yang tergantung panjang dan kaki yang tajam.
Sosok menakutkan itu mengintip dari jendela-jendela seperti memiliki wajah. Lalu, dia menuju ke keranjang yang berdiri di pintu itu dan mulai mengeluarkan apapun yang ada di dalamnya. Saya melihat ke arah sahabatku dan dia masih terduduk di sana di kursi belakang, gemetar seperti selembar daun. Saya sangat takut hingga tak dapat menggerakkan satupun otot-ototku. Seluruh tubuhku mematung dan jantungku berdetak kencang sampai takut itu akan keluar dari dadaku.
Bau busuk dari ikan mati mengalir di udara seperti kabut tebal. Hampir tidak tertahankan. Sosok misterius itu bergentayangan dari rumah ke rumah, mengintip jendelanya dan mengambil barang-barang yang ada dalam keranjang.
“Nyalakan mobilnya.” kata sahabatku dengan suara yang gemetaran.
Segera setelah saya memasukkan kunci ke kontaknya dan mesin mulai bekerja, sosok gelap itu membalikkan badannya perlahan dan menatap langsung ke arah kami. Sosok itu mulai berjalan ke arah kami. Saya menginjak gasnya dan keluar dari tempat parkir itu.
Anjing itu mulai menyalak seperti anjing gila di kursi belakang. Sahabatku hanya berteriak ke arahku dan saya tidak berani menengok ke belakang lagi. Kami hanya melaju secepat kami bisa hingga keluar dari pemukiman ini dan menuju ke kota selanjutnya.
Ketika kami benar-benar kehabisan bensin, saya mengambil kaleng bensin tadi dan segera mengisi tanki mobil lalu terus melanjutkan perjalanan. Paginya, kami sudah sangat kelelahan, tapi kami harus meninggalkan tempat itu dengan segala keanehannya di belakang.
Ketika kami pulang ke rumah beberapa hari kemudian, saya menceritakan kepada orangtuaku tentang pengalaman mengerikan ini. Ibuku lalu berkata dia mengingat sedikit tentang legenda yang pernah didengarnya ketika dia masih kanak-kanak, tentang sebuah kampung nelayan yang kecil di tepi pantai.
Katanya kampung itu dikutuk dan dikuasai oleh berbagai macam makhluk supranatural dan setan. Pada hari yang sama, tiap tahunnya sesuatu akan bangkit dari laut dan menyerang para penduduknya, membantai dan melahap mereka semua. Untuk melindungi diri mereka, mereka harus mengunci pintu rumah mereka pada malam hari dan meninggalkan sesajen di luar rumah mereka untuk menjauhkan makhluk itu.
Sejak itu, saya selalu menjauh dari laut. Ada sesuatu dengan bau amis yang mengaduk-aduk rasa takut hingga ke dalam hatiku dan membuatku tanpa sadar gemetar dan gelisah.




Anytime, Anywhere !! Selalu kunjungi blog ini terus ya.... Terima kasih....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar